November 19, 2025 3:03 am

Dunia data center Indonesia sedang mengalami transformasi besar yang dipicu oleh ledakan Kecerdasan Artifisial (AI). Beban kerja AI, terutama untuk training model bahasa besar (Large Language Models atau LLMs) dan inference, didukung oleh akselerator seperti GPU yang menghasilkan densitas panas sangat tinggi. Pada tingkat kepadatan ini, pendinginan udara tradisional menjadi tidak praktis, tidak efisien, dan secara ekonomi tidak layak. Inilah yang memaksa transisi menuju pendinginan cair (liquid cooling) sebagai solusi masa depan. Bagi para operator data center di Indonesia, memahami lanskap arsitektur pendinginan cair ini bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk tetap kompetitif dan berkelanjutan.


Pendinginan cair untuk server AI menawarkan sejumlah keuntungan signifikan, termasuk peningkatan keandalan dan performa akselerator, efisiensi energi yang lebih baik, pengurangan penggunaan air (pada sistem pendinginan udara tertentu), dan tingkat kebisingan yang lebih rendah. Pada intinya, pendinginan cair menangkap panas langsung dari sumbernya—chip prosesor dan GPU—dengan efisiensi yang jauh melebihi kemampuan udara.

 

Ada dua kategori utama pendinginan cair untuk server AI: direct-to-chip dan immersion. Terlepas dari metode penangkapan panas di dalam server, ekosistem penolakan panas (heat rejection) pada akhirnya diperlukan untuk membuang panas tersebut ke lingkungan luar. Di sinilah peran krusial dari sebuah Cooling Distribution Unit (CDU) dan arsitektur pendinginan yang lebih luas menjadi fokus.

 

Sebuah CDU adalah jantung dari sistem pendinginan cair. Fungsinya adalah untuk mengisolasi fluida pendingin IT (dalam Technology Cooling System atau TCS) dari sisa sistem pendinginan fasilitas. CDU bukan sekadar penukar panas; ia menjalankan lima fungsi kunci: mengontrol suhu fluida dengan presisi, mengontrol aliran (flow) untuk memastikan panas terbawa dengan baik, mengontrol tekanan dalam loop TCS (termasuk sistem bertekanan negatif untuk mencegah kebocoran), melakukan perawatan fluida (fluid treatment) seperti filtrasi dan menjaga kimia air, serta tentu saja, melakukan pertukaran panas dan isolasi.

 

Dalam memilih arsitektur pendinginan cair yang tepat, kita dapat memetakannya berdasarkan tiga elemen fundamental: metode penangkapan panas dalam server (di luar cakupan artikel ini), tipe CDU, dan metode penolakan panas ke udara luar.

 

Memahami Tipe CDU: Liquid-to-Air vs. Liquid-to-Liquid

 

Tipe CDU terutama ditentukan oleh dua atribut kritis: jenis pertukaran panas dan kapasitas serta form factor-nya.

 

  1. Jenis Pertukaran Panas: Dua tipe paling umum adalah:

Liquid-to-Air (L-A): Panas dari loop cair TCS dipindahkan ke sebuah koil atau radiator, dimana kipas kemudian membuang panas tersebut langsung ke udara di dalam ruang data center. Ini seperti radiator raksasa untuk server Anda.

Liquid-to-Liquid (L-L): Panas dari loop cair TCS ditransfer ke sistem air fasilitas yang sudah ada, seperti loop air chilled (chilled water) atau air kondensor. Ini adalah integrasi yang lebih dalam dengan infrastruktur pendinginan bangunan.

 

  1. Kapasitas dan Form Factor:

CDU Rack-mounted: Dipasang di dalam rak server, biasanya melayani satu rak tunggal. Kapasitas untuk L-A berkisar 20-40 kW, sedangkan L-L mencapai 40-80 kW. Solusi ini ideal untuk skala kecil.

CDU Floor-mounted: Berdiri sendiri di lantai, melayani sebaris atau beberapa rak server. CDU L-A lantai memiliki kapasitas hingga 60 kW, sementara CDU L-L lantai dapat menangani beban dari 300 kW hingga lebih dari 1 MW, cocok untuk cluster AI skala besar.

 

Metode Penolakan Panas ke Udara Luar: Memanfaatkan yang Ada vs. Membangun Khusus

 

Setelah panas ditangkap oleh loop TCS, langkah selanjutnya adalah membuangnya ke luar. Ada tiga metode umum:

 

  1. Memanfaatkan Sistem Penolakan Panas yang Ada: Membuang Panas ke Udara IT.

Arsitektur ini adalah yang paling sederhana untuk diadopsi. CDU tipe L-A (baik rack atau floor-mounted) membuang panas langsung ke udara ruang server. Kemudian, sistem pendingin udara tradisional yang sudah ada, seperti Computer Room Air Handler (CRAH), yang akan membuang panas ini ke luar. Arsitektur ini bersifat closed-loop dan lokal.

Kelebihan: Kompatibilitas tinggi dengan infrastruktur pendingin udara yang sudah ada, tidak perlu modifikasi besar, dapat diprafabrikasi untuk instalasi yang cepat, dan gangguan terisolasi pada satu rak.

Kekurangan: Efisiensi lebih rendah karena banyaknya tahap pertukaran panas dan penggunaan kipas, mahal untuk deployment skala besar, dan memakan space di rak atau lantai.

Kapan Mengimplementasikan: Ideal untuk deployment skala kecil (beberapa server hingga beberapa rak), ketika koneksi ke air chilled tidak memungkinkan, atau ketika kecepatan deployment adalah prioritas utama.

 

  1. Memanfaatkan Sistem Penolakan Panas yang Ada: Membuang Panas ke Sistem Air Fasilitas.

Di sini, CDU tipe L-L mentransfer panas dari loop TCS ke sistem air fasilitas (loop air chilled atau kondensor) yang sudah ada. Panas kemudian ditolak ke luar oleh chiller fasilitas atau digunakan ulang untuk keperluan lain seperti pemanas distrik.

Kelebihan: Mengurangi investasi dengan memanfaatkan infrastruktur existing, efisiensi lebih tinggi dan lebih sunyi daripada pendekatan L-A, serta dapat membebaskan space yang sebelumnya dipakai CRAH dalam proyek retrofit.

Kekurangan: Membutuhkan lebih banyak pekerjaan instalasi di lokasi untuk menyambungkan CDU ke pipa air fasilitas.

Kapan Mengimplementasikan: Cocok untuk deployment menengah hingga besar di data center yang sudah memiliki chiller plant, ketika koneksi air sudah tersedia, dan efisiensi energi lebih diutamakan daripada kecepatan instalasi mutlak.

 

  1. Membangun Sistem Penolakan Panas Khusus.

Untuk deployment AI skala besar, membangun sistem penolakan panas khusus untuk pendinginan cair adalah pilihan paling efisien. Arsitektur ini menggunakan CDU L-L yang terhubung ke sistem penolak panas independen, seperti dry cooler dengan kompresor tambahan. Sistem ini dioptimalkan untuk suhu air balik (return water temperature) yang tinggi (hingga 40°C), yang sangat meningkatkan jam free cooling.

Kelebihan: Efisiensi energi tertinggi, suhu air balik yang tinggi membuka peluang heat reuse, dan implementasinya tidak mengganggu operasi sistem pendingin yang ada.

Kekurangan: Membutuhkan investasi modal yang signifikan, desain sistem pipa baru, dan waktu deployment yang lebih lama.

Kapan Mengimplementasikan: Ketika deployment server berpendingin cair sangat signifikan, efisiensi energi adalah prioritas mutlak, dan ada rencana untuk memanfaatkan kembali panas buangan.

 

Panduan Memilih Arsitektur yang Tepat

 

Memilih arsitektur terbaik adalah tentang menyeimbangkan faktor-faktor kunci: kompatibilitas infrastruktur existing, skala deployment, kecepatan deployment, dan efisiensi energi.

 

Untuk Skala Kecil & Uji Coba (1-10 rack): Arsitektur “Buang Panas ke Udara IT” dengan CDU rack-mounted L-A atau L-L adalah pilihan terbaik. Solusi ini cepat diimplementasikan, minim risiko, dan tidak mengganggu fasilitas yang ada.

Untuk Skala Menengah hingga Besar (>10 rack) dengan Infrastruktur Chiller Tersedia: Arsitektur “Buang Panas ke Sistem Air Fasilitas” dengan CDU floor-mounted L-L adalah pilihan yang sangat efisien dan ekonomis. Ini menawarkan biaya per kW yang lebih rendah dan kinerja yang unggul.

Untuk Cluster AI Dedikasi & Skala Besar: Arsitektur “Sistem Penolakan Panas Khusus” dengan CDU floor-mounted L-L adalah puncak dari efisiensi dan keberlanjutan. Meskipun membutuhkan investasi dan waktu lebih lama, penghematan operasional dan peluang heat reuse menjadikannya pilihan strategis jangka panjang.

 

Tantangan Implementasi di Indonesia dan Peran Partner Lokal

 

Iklim tropis Indonesia menambah lapisan kompleksitas dalam mendesain sistem penolakan panas yang efisien. Memilih partner teknologi yang memahami tantangan lokal, memiliki keahlian teknis yang mendalam, dan dapat menyediakan komponen serta sistem yang andal adalah kunci kesuksesan. Di sinilah pentingnya bermitra dengan distributor dan integrator sistem pendinginan data center yang terpercaya, seperti Climanusa.

 

Climanusa, dengan portofolio solusi pendinginan presisinya, memposisikan diri sebagai mitra strategis bagi data center di Indonesia yang sedang bersiap menghadapi gelombang komputasi AI. Dari menyediakan CDU yang andal, sistem piping, hingga solusi pendukung seperti AC Presisi dan Chiller yang terintegrasi, Climanusa memastikan bahwa setiap lapisan dari ekosistem pendinginan cair—dari chip sampai ke udara luar—didesain dan diimplementasikan dengan sempurna. Keahlian mereka memungkinkan operator data center untuk tidak hanya memilih arsitektur yang tepat dari teori, tetapi juga untuk mewujudkannya dalam praktik, memastikan availability, efisiensi, dan keberlanjutan operasional di tengah tantangan iklim Indonesia yang unik.

 

 

Mengapa Memilih Climanusa?

 

Dalam menghadapi era komputasi intensif AI, memilih mitra yang tepat untuk solusi pendinginan data center Anda adalah keputusan strategis. Climanusa tidak hanya sekadar distributor cooling data center; kami adalah mitra integrasi yang memahami kompleksitas pendinginan cair dari hulu hingga hilir. Dengan portofolio produk yang komprehensif dan keahlian teknis yang mendalam, Climanusa siap mendukung Anda dalam merancang dan mengimplementasikan arsitektur pendinginan cair yang paling efisien dan andal, disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dan tantangan iklim di Indonesia. Percayakan transformasi data center Anda kepada ahli kami, dan jadikan panasnya beban kerja AI menjadi pendingin bagi keberlanjutan bisnis Anda.

 

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan klik disini

–A.M.G–

 

Categorised in:

This post was written by Climanusa Editor