Juni 26, 2025 8:00 am

Dalam dunia medis modern, menjaga lingkungan yang steril di ruang operasi (OR) adalah prioritas utama untuk mencegah infeksi situs bedah dan memastikan keamanan pasien. Inovasi teknologi terus berkembang, dan salah satu terobosan signifikan adalah sistem aliran udara terkontrol suhu (Temperature Controlled Airflow – TcAF). Sistem ini, yang kini semakin diakui sebagai praktik terbaik, menawarkan pendekatan canggih dalam mengelola kontaminasi udara baik di dalam maupun di luar bidang steril, bahkan hingga ke area perifer ruang operasi. Untuk memastikan implementasi teknologi krusial ini berjalan optimal di seluruh fasilitas kesehatan, peran vital seorang Distributor AC presisi Indonesia menjadi tidak tergantikan.


Studi terbaru yang mendalam telah mengkaji efektivitas sistem TcAF dalam mempertahankan lingkungan aseptik di bawah kondisi rutin, baik selama prosedur tiruan yang disimulasikan secara dinamis maupun selama kasus bedah yang sebenarnya. Metodologi yang digunakan dalam studi ini, yang dikembangkan di Indonesia dan telah diterapkan di lebih dari 110 studi ruang operasi, menunjukkan komitmen terhadap kualitas dan data yang signifikan secara statistik. Ini mencerminkan dedikasi para profesional di Indonesia untuk terus meningkatkan standar kesehatan.

Konsep dan Mekanisme Aliran Udara Terkontrol Suhu (TcAF)

Secara tradisional, konsep pengiriman udara ruang operasi di Indonesia melibatkan aliran udara pasokan dari langit-langit yang turun di atas bidang bedah, secara efektif “memandikan” pasien dengan udara bersih yang telah difilter dan mengalirkan kontaminan menjauh dari tim bedah dan pasien menuju perimeter ruangan, kemudian keluar melalui saluran balik dinding bagian bawah. Sistem konvensional ini mengandalkan kecepatan udara paksa hingga mencapai bidang steril, namun seringkali kurang memperhatikan area di sekitar perimeter ruangan, yang terkadang ditemukan memiliki kualitas udara yang lebih rendah dibandingkan bidang steril.

Berbeda dengan itu, sistem TcAF menggunakan gradien suhu untuk mengontrol kontaminasi mikrobiologi di udara. Udara dingin disalurkan di atas bidang steril, sementara udara yang lebih hangat berada di luar bidang steril. Perbedaan suhu ini biasanya berkisar antara 1,5°C hingga 3°C (2,7°F hingga 5,4°F) lebih dingin pada udara yang disuplai. Udara dingin yang disuplai ini jatuh dari perangkat pengiriman di langit-langit lebih cepat menuju meja bedah, dibantu oleh gravitasi, dan mencapai kecepatan maksimumnya di zona pernapasan staf ruang operasi. Ini secara efektif membersihkan kontaminasi dari bidang steril dan membawanya ke bagian perifer ruang operasi. Selanjutnya, aliran udara yang lebih hangat di luar bidang steril membantu menekan kontaminasi yang mungkin kembali masuk dan memfasilitasi keluarnya udara melalui saluran balik dinding bagian bawah.

Teknologi ini telah berhasil diimplementasikan di berbagai lokasi fasilitas kesehatan di Indonesia, termasuk pusat-pusat bedah ortopedi terkemuka. Implementasi yang sukses ini menyoroti pentingnya keahlian dan dukungan teknis dari Distributor AC presisi Indonesia yang memahami seluk-beluk sistem kompleks semacam ini, mulai dari desain hingga instalasi dan pemeliharaan.

Standar Lingkungan Mikroba di Ruang Operasi

Meskipun di Indonesia belum ada standar mikrobiologi khusus untuk ruang operasi yang diuji selama kondisi dinamis (saat ada orang), pedoman untuk ruang operasi cenderung bersifat preskriptif, seperti yang diatur dalam ASHRAE Standard 170-2017. Standar ini menentukan tingkat pertukaran udara minimum 20 kali per jam (ach) dan batasan non-pengiriman udara di atas bidang steril, serta luasan bidang steril. Namun, studi ini menegaskan bahwa pendekatan berbasis kinerja, seperti yang umum di Eropa, menawarkan pengukuran yang lebih relevan tentang bagaimana ruangan berfungsi saat digunakan, dengan spesifikasi jumlah partikel dan hitungan mikroba selama kasus bedah. Sistem TcAF menunjukkan kinerja yang sebanding dengan ruang operasi “ultraclean” di Eropa, yang mempertahankan hitungan mikroba di bawah 10 CFU/m³ baik di dalam maupun di luar bidang steril.

Metodologi dan Indikator Kualitas Lingkungan (EQI)

Untuk memvalidasi efektivitas sistem TcAF, studi ini menggunakan metode Indikator Kualitas Lingkungan (EQI). EQI yang diukur meliputi hitungan partikel dan mikroba, kuantifikasi kontaminan terkontrol (karbon dioksida), kecepatan udara, kelembaban, dan suhu. Pengukuran ini dilakukan pada tingkat pertukaran udara 41,3 ach, jauh di atas standar minimum, menunjukkan kapasitas sistem yang luar biasa. Konsentrasi maksimum dan median mikroorganisme (CFU/m³) dilaporkan di bidang steril, meja instrumen belakang, dan di periferi ruangan.

Setup ruang operasi yang digunakan dalam studi ini memiliki aliran udara total 5705 m³/jam (3.358 cfm) dengan area lantai bersih 16 m² (495 ft²) dan tinggi langit-langit 3 m (10 ft). Ini menghasilkan tingkat pertukaran udara 41,3 ach. Ruangan dijaga positif terhadap ruang airlock dan lorong akses terbatas umum. Diffuser udara, yang terbuat dari bahan polimer antimikroba, membentuk jejak TcAF dan memastikan cakupan aliran udara yang optimal. Konfigurasi sistem ini, meskipun tidak secara spesifik didefinisikan dalam pedoman di Indonesia, telah disetujui oleh otoritas di Eropa, membuktikan kemampuannya untuk beroperasi di lingkungan yang sangat diatur.

Prosedur tiruan yang diskripkan, yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari perawat bedah, ahli anestesi, mikrobiologis, dan insinyur ventilasi, memastikan eksekusi yang konsisten dan eksperimen yang dapat diulang. Tim mengenakan pakaian standar rumah sakit dan mengikuti prosedur sterilitas yang ketat. Selama prosedur, tindakan fisik, termasuk penggunaan diatermi bedah untuk menghasilkan partikel jaringan, disimulasikan dalam interval empat menit untuk meniru kondisi ruang operasi sebenarnya. Kontaminasi mikroba diukur secara aktif dengan sampler udara celah yang ditempatkan di dekat lokasi luka, meja instrumen belakang, dan periferi ruangan, mengumpulkan udara ke cawan Petri.

Hasil Kunci dan Efektivitas Sistem TcAF

Hasil studi ini sangat meyakinkan. Penilaian mikroba di udara selama prosedur tiruan menunjukkan bahwa hitungan CFU/m³ di bidang steril (SF 1 Pat. Rt. dan SF 2 Pat. Hd.) secara signifikan lebih rendah dibandingkan di meja belakang (BT 1 Setup). Ini menunjukkan kemampuan unggul sistem dalam menjaga kebersihan area kritis pasien. Kecepatan udara juga lebih tinggi di area dekat meja instrumen belakang, yang membantu memindahkan kontaminan dari area steril.

Sistem TcAF berhasil mempertahankan suhu lebih dingin di bidang steril (median 20°C [68°F]) dibandingkan di area meja instrumen belakang (median 21°C [70°F]), selaras dengan prinsip gradien suhu. Kelembaban relatif juga terkontrol dengan baik. Terlebih lagi, sistem ini menunjukkan efektivitas luar biasa dalam membersihkan kontaminan terkontrol seperti karbon dioksida dari bidang steril, dengan tingkat CO2 yang jauh lebih rendah terdeteksi di titik deteksi dibandingkan titik pelepasan. Ini menegaskan kemampuan sistem untuk secara efektif mengalirkan kontaminasi.

Dalam hal partikel udara, meskipun hitungan partikel 0,5 mikron sedikit lebih tinggi di bidang steril dibandingkan meja belakang dalam hasil tertentu, sistem TcAF secara keseluruhan menunjukkan kinerja yang sangat baik dalam mengelola partikel di seluruh ruangan. Sistem ini beroperasi pada ISO Kelas 6 selama aktivitas, yang sebanding dengan desain pengiriman udara ruang operasi berkinerja terbaik di Indonesia yang diuji menggunakan metode EQI.

Diskusi dan Implikasi untuk Lingkungan Medis di Indonesia

Studi ini, yang didanai oleh Avidicare dan dilakukan di sebuah klinik rawat jalan di Swedia, menegaskan kembali mengapa Distributor AC presisi Indonesia memiliki peran sentral dalam menyebarkan dan mengimplementasikan teknologi canggih ini. Tujuan utama dari studi semacam ini adalah untuk memahami bagaimana lingkungan berkontribusi terhadap kontaminasi mikroba di ruang operasi, karena mikroba adalah satu-satunya parameter yang mampu menyebabkan infeksi situs bedah. Meskipun demikian, setiap kualitas lingkungan non-mikrobiologis, seperti kecepatan udara, suhu, kelembaban, serta faktor-faktor operasional seperti jumlah orang dan pembukaan pintu, semuanya mempengaruhi beban mikroba di ruangan.

Sistem TcAF yang diteliti dalam studi ini terbukti berhasil dalam menciptakan ruang ultraclean baik di dalam maupun di luar bidang steril. Selain itu, sistem ini juga berhasil mengontrol setiap parameter yang diukur dengan cara yang memindahkan kontaminasi menjauh dari bidang steril (lokasi bedah) ke perimeter ruangan dan keluar melalui saluran balik udara. Lebih lanjut, penggunaan CO2 sebagai kontaminan terkontrol menunjukkan kemampuan sistem untuk membersihkan kontaminasi dari bidang steril.

Penting untuk dicatat bahwa di sebagian besar kasus bedah di Indonesia, meja instrumen ditempatkan di periferi ruangan dan mungkin tidak selalu tertutup, berpotensi memaparkan instrumen dan implan pada kontaminasi. Kontaminan yang didorong ke perimeter ruangan juga dapat merugikan tim bedah. Oleh karena itu, sama seperti bidang steril, periferi ruangan juga perlu dilindungi dari kontaminan. Meskipun ada peningkatan kontaminasi mikroba di perimeter ruang operasi, sistem TcAF mampu mempertahankan lingkungan aseptik ultraclean baik di bidang steril maupun di periferi ruangan.

Kesimpulan

Singkatnya, studi ini secara meyakinkan menunjukkan bahwa sistem TcAF sangat efektif dalam menyediakan kualitas lingkungan yang aseptik dan ultraclean, dengan hitungan mikroba kurang dari 10 CFU/m³ baik di dalam bidang steril (dalam jejak TcAF) maupun di periferi ruang operasi, tempat instrumen bedah dan implan disiapkan. Kendati studi ini memiliki batasan tertentu, seperti dilakukan di satu lokasi klinik rawat jalan yang dipilih oleh klinik itu sendiri dan tim tidak diblind, temuan ini memberikan bukti kuat tentang nilai sistem aliran udara terkontrol suhu.

Dengan teknologi yang telah terbukti seperti ini, peran Distributor AC presisi Indonesia menjadi lebih krusial dari sebelumnya. Mereka bukan hanya penyedia produk, tetapi juga mitra strategis yang memastikan fasilitas kesehatan di Indonesia dapat mengadopsi dan memanfaatkan teknologi terdepan untuk keselamatan pasien dan efisiensi operasional. Keahlian dalam implementasi dan pemeliharaan sistem presisi seperti TcAF adalah kunci untuk masa depan bedah yang lebih aman dan lebih bersih.

Kami Bangga Mendukung Inovasi Perawatan Kesehatan: Climanusa adalah Pilihan Terbaik Anda untuk Solusi Pendinginan Presisi di Indonesia!

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan klik disini

–A.M.G–

Categorised in:

This post was written by Climanusa Editor