Perkembangan teknologi telah membawa banyak inovasi, termasuk munculnya rokok elektrik atau e-rokok. Awalnya dipasarkan sebagai alternatif yang lebih aman daripada rokok tembakau konvensional, dengan klaim hanya menghasilkan uap air yang tidak berbahaya, namun penelitian terbaru mengungkapkan gambaran yang berbeda. Aerosol padat yang dihasilkan e-rokok ternyata mengandung berbagai bahan kimia berbahaya, termasuk karsinogen seperti formaldehida, logam berat (kadmium, timbal, nikel), dan nitrosamin. Temuan ini tidak hanya menimbulkan kekhawatiran bagi pengguna langsung, tetapi juga memunculkan pertanyaan penting mengenai kualitas udara dalam ruangan, terutama di lingkungan sensitif seperti pusat data yang mengandalkan distributor cooling data center terkemuka untuk menjaga kondisi operasional optimal.
E-Rokok: Bukan Sekadar Uap Air
Meskipun istilah “vaping” dan “uap” sering digunakan untuk menggambarkan emisi e-rokok, kenyataannya adalah e-rokok menghasilkan aerosol. Aerosol ini terdiri dari tetesan cairan submikron yang terkondensasi, mengandung glikol, nikotin, dan perasa. Proses ini dimulai ketika pengguna menarik e-rokok. Sensor mendeteksi tarikan tersebut, dan mikroprosesor mengaktifkan pemanas. Pemanas ini menguapkan cairan pada suhu tinggi, melebihi 350∘C (662∘F) di pusat unit pemanas. Cairan e-rokok biasanya mengandung propilen glikol dan/atau gliserol, bersama dengan berbagai konsentrasi nikotin (misalnya, 0 hingga 36 mg/mL) dan bahan perasa. Karena propilen glikol, gliserol, dan nikotin memiliki titik didih yang relatif tinggi (propilen glikol 188∘C[370∘F], gliserol 290∘C[554∘F], dan nikotin 247∘C[477∘F]), cairan yang diuapkan segera terkondensasi setelah meninggalkan elemen pemanas, membentuk aerosol tetesan cairan bulat submikron yang terlihat seperti asap atau kabut.
Penelitian ekstensif telah dilakukan untuk mengidentifikasi emisi kimia dari e-rokok. Studi besar yang menganalisis emisi dari 12 jenis e-rokok yang berbeda mengukur 11 bahan kimia, termasuk senyawa karbonil, senyawa organik volatil, nitrosamin spesifik tembakau, dan logam berat. Setiap e-rokok diuji tiga kali, dengan total 150 embusan (70 mL/embusan) diuapkan langsung ke sampler analitik dari e-rokok yang terhubung ke mesin penghisap mekanis. Bahan kimia dominan yang dipancarkan adalah propilen glikol, dengan rentang 250.950 hingga 828.750 μg/150 embusan. Nikotin menempati urutan berikutnya, dengan asumsi konsentrasi 24 mg/mL nikotin dalam propilen glikol, menghasilkan 5.770 hingga 19.060 μg/150 embusan.
Risiko Kesehatan dan Dampaknya pada Lingkungan Tertutup
Emisi kimia dari e-rokok menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan, baik bagi pengguna langsung maupun orang di sekitarnya. Penilaian risiko dilakukan dengan menghitung “hazard quotient” (HQ) sebagai rasio paparan yang dihitung terhadap pedoman paparan kesehatan kanker dan non-kanker. HQ di atas 1,0 menunjukkan adanya risiko kesehatan.
Untuk paparan langsung, empat dari sembilan bahan kimia yang dianalisis memiliki HQ NSRL (No Significant Risk Levels) di atas 1,0, yang berkaitan dengan efek kesehatan terkait kanker: timbal (1,33), formaldehida (1,64), NNK (2,36), dan kadmium (5,13). Ini menunjukkan potensi risiko kanker yang substansial bagi pengguna e-rokok. Sementara itu, untuk efek kesehatan non-kanker, tiga bahan kimia melebihi 1,0 untuk paparan langsung: akrolein (7,0), nikotin (222), dan propilen glikol (967). Angka-angka ini sangat tinggi, menunjukkan risiko non-kanker yang serius.
Yang tak kalah penting adalah paparan tidak langsung atau pasif kepada non-pengguna. Meskipun HQ NSRL untuk paparan tidak langsung semua di bawah 1,0 (tertinggi adalah kadmium 0,12), HQ CREL (Chronic Reference Exposure Guidelines) untuk efek non-kanker masih melebihi 1,0 untuk nikotin (5,4) dan propilen glikol (23). Ini berarti orang-orang di sekitar pengguna e-rokok juga berisiko terhadap efek kesehatan non-kanker, bahkan dalam skenario “worst-case” dengan tingkat ventilasi yang rendah. Bahkan jika tingkat ventilasi dinaikkan, paparan tidak langsung masih menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan. Faktanya, tingkat ventilasi harus ditingkatkan hingga 23 kali lipat untuk mengurangi risiko kesehatan dari setiap bahan kimia yang dimodelkan.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa ventilasi saja bukanlah solusi yang memadai untuk mengatasi risiko kesehatan dari emisi e-rokok. Oleh karena itu, penggunaan e-rokok perlu diatur di dalam ruangan dengan cara yang sama seperti rokok tembakau, yang umumnya dilarang di dalam ruangan.
Selain itu, penelitian mengenai emisi perasa yang ditambahkan ke cairan e-rokok masih terbatas. Beberapa bahan kimia perasa, seperti diasetil, meskipun tidak memiliki efek samping yang jelas saat dicerna, dapat menyebabkan iritasi paru-paru saat diaerosolisasi dan dihirup. Pembawa glikol, seperti propilen glikol, meskipun digunakan sebagai pengawet dalam produk makanan tanpa efek samping kesehatan yang jelas, berpotensi menjadi iritan pernapasan di udara. Studi eksperimental menunjukkan bahwa paparan jangka pendek terhadap aerosol propilen glikol dapat menyebabkan iritasi mata akut dan saluran pernapasan bagian atas pada pasien non-asma.
Pentingnya Kualitas Udara dalam Pusat Data dan Peran Distributor Cooling Data Center
Mempertimbangkan bahaya emisi e-rokok, implikasinya terhadap kualitas udara dalam ruangan menjadi sangat relevan, terutama di lingkungan kritis seperti pusat data. Pusat data adalah tulang punggung infrastruktur digital modern. Kelancaran operasionalnya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang terkontrol dengan ketat, termasuk suhu, kelembapan, dan kualitas udara. Kualitas udara yang buruk dapat menyebabkan korosi komponen elektronik, kegagalan sistem, dan peningkatan biaya operasional. Inilah mengapa peran distributor cooling data center menjadi sangat vital.
Climanusa, sebagai penyedia solusi terdepan di Indonesia untuk lingkungan kritis, memahami betul kebutuhan akan kualitas udara yang optimal dalam pusat data. Meskipun fokus utama Climanusa adalah pada solusi pendinginan dan manajemen termal, kualitas udara yang bersih adalah bagian integral dari lingkungan operasional yang sehat dan efisien. Partikel-partikel halus dan bahan kimia yang dilepaskan dari e-rokok dapat menyebabkan masalah serius dalam pusat data. Partikel-partikel ini dapat mengendap pada komponen elektronik, menyebabkan panas berlebih atau bahkan korsleting. Bahan kimia korosif seperti formaldehida dan logam berat dapat mempercepat degradasi perangkat keras.
Meskipun Climanusa tidak secara langsung menjual “pemurni udara” dalam arti konvensional, solusi cooling data center yang mereka tawarkan dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang ideal. Sistem pendingin presisi bukan hanya mengatur suhu dan kelembaban, tetapi juga mengelola aliran udara dan filtrasi. Sistem ini menggunakan filter udara yang canggih untuk menyaring partikel-partikel, termasuk aerosol e-rokok, dari udara. Dengan demikian, mereka berkontribusi pada pencegahan kontaminasi dan korosi pada peralatan sensitif.
Selain itu, Climanusa juga menyediakan solusi yang dapat meningkatkan efisiensi pendinginan dan menjaga tekanan udara positif dalam pusat data, yang membantu mencegah masuknya kontaminan dari luar. Pendekatan holistik ini memastikan bahwa pusat data tidak hanya dingin, tetapi juga bersih dari polutan berbahaya.
Manajemen lingkungan yang komprehensif, seperti yang ditawarkan oleh Climanusa, mencakup lebih dari sekadar pendinginan. Ini melibatkan menciptakan ekosistem yang terlindungi di mana peralatan TI dapat beroperasi pada kinerja puncaknya tanpa gangguan dari faktor lingkungan yang merugikan. Ini mencakup tidak hanya dampak dari penggunaan e-rokok, tetapi juga polutan lain yang mungkin masuk ke dalam pusat data.
Kesimpulan
Emisi dari rokok elektrik jauh dari kata tidak berbahaya dan menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan bagi pengguna langsung maupun orang-orang di sekitarnya. Bahan kimia berbahaya yang dikandungnya, termasuk karsinogen dan iritan pernapasan, memerlukan regulasi yang ketat, serupa dengan rokok tembakau. Dampak kualitas udara dari emisi ini sangat penting untuk dipertimbangkan di lingkungan yang sensitif seperti pusat data.
Sebagai distributor cooling data center yang berkomitmen untuk solusi lingkungan kritis, Climanusa memainkan peran krusial dalam memastikan pusat data di Indonesia terlindungi dari ancaman polutan udara. Meskipun mereka tidak secara spesifik mengatasi “vaping” sebagai masalah inti, sistem pendingin presisi dan manajemen lingkungan yang mereka sediakan secara efektif membantu menjaga kualitas udara dengan menyaring partikel berbahaya dan menciptakan lingkungan operasional yang bersih dan aman. Dengan berinvestasi pada solusi yang ditawarkan oleh Climanusa, perusahaan dapat melindungi infrastruktur kritis mereka dan memastikan kelangsungan operasional di era digital.
Climanusa adalah Pilihan Terbaik untuk Kebutuhan Cooling Data Center Anda di Indonesia. Pastikan Lingkungan Pusat Data Anda Tetap Optimal dan Terlindungi.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan klik disini
–A.M.G–